Kamis, 02 Januari 2014
Tahun Baru = Hura-Hura
Minggu, 18 Agustus 2013
Refleksi : Merdeka?
Sabtu, 11 Desember 2010
Fatamorgana Fanatisme
oleh Muhammad Rasyid Ridho pada 10 Desember 2010 jam 17:45
Seorang hamba Tuhan berdiri di tepi jurang kesendirian.Bersahut!
Tuhan, bumi ini berdarah!
Tuhan, bumi ini hancur!
Tuhan, bumi ini terbelah!
Tuhan, bumi in penuh potongan kepala!
Fanatisme bertindak.
Tuhan, kau ekskomunikasikan seseorang.
Tuhan, kau kurung seseorang.
Tuhan, kau buat minoritas.
Tuhan, kau buat sengsara.
Tuhan, kau beri manusia akal.
Fanatisme, kau bertindak
Menghancurkan.
Akal pun lebur.
Tindakan menjadi kacau.
Tiada pemikiran yang dalam.
Wahai, fanatisme.
Apakah engkau ini?
Apakah berupa kekerasan hati?
Apakah berupa pembunuhan ide?
Apakah berupa teriakan dari segala paksaan?
Apakah berupa ketololan yang mengkotak-kotakan umat manusia?
Apakah....
Sudah, cukup!
Terlalu banyak ketukan pertanyaan untukmu, Fanatisme.
Tuhan, mengapa Engkau ciptakan manusia secara berbeda-beda?
Tuhan, mengapa harus berbeda?
Tuhan, bukankah dengan kesamaan mengalirkan keteraturan?
Tuhan, pasti teratur tanpa menghadapi masalah.
Wah, terlalu banyak pertanyaan untuk-Mu, Tuhan.
Apakah pertanyaan hamba-Mu ini tolol?
Tidak patut dijawab.
Tertiup angin ambiguitas...
Tuhan, aku terjebak dalam paradoks!
Sabda Tuhan...
Fanatisme adalah neraka.
Fanatisme adalah ego.
Fanatisme adalah kerikil kehidupan
Jauhi, wahai umat-Ku
Sedangkan perbedaan..
Perbedaan adalah rahmat dari Tuhanmu!
Perbedaan adalah kasih sayang dari Tuhanmu!
Perbedaan adalah hal yang saling melengkapi.
Perbedaan adalah peringatan dari Tuhanmu.
Perbedaan mengingatkanmu untuk sadar akan kefanatismean yang nisbi
Perbedaan bukan bencana yang menyayat sebuah persatuan.
Ketika perbedaan-perbedaan saling mendengar dan analisis dalam,,
Muncullah Persatuan yang hakiki!
Tuhan, hamba tak mengerti dibalik kebijaksanaanmu...
Tapi, sebentar lagi.
Tinggalkan jembatan itu.
Ke jembatan lainnya yang berbeda..
Lagi-lagi berbeda, manatah yang risau dengan kata berbeda?
Syawwal,, Antara Kesyahduan dan Sentimen...
oleh Muhammad Rasyid Ridho pada 10 September 2010 jam 10:10
Semua bermula pada tanggal 1 Ramadhan,,
Kita sebagai umat Muhammad menjalankan suatu pengekangan.
Shalawat dan salam untukmu, ya Rasulullah selalu tercurahkan.
Mengekang nafsu dan kemauan.
Hari-demi hari berjalan,,
Semakin dipenuhi dengan ujian.
Menghadap Ilahku dimalam nan khidmat.
Dihantar pembacaan Qur'an yang agung...
Dimalam terakhir yang ganjil,,
Selagi melakukan shalat nawafil.
Merenungi diri ini yang kecil,,
Begitu banyak rizki yang kau berikan pada hamba-Mu yang hina dina ini.
Sembari membaca ayat-Mu yang Suci,,
"Ni'mat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan!"
Fajar Engkau singsingkan ya Rabb,,
Gema takbir bersahut-sahutan di seluruh penjuru,,
Airmata terkadang menetes sembari bersalaman,,
Hati mengucap syukur kepada Ilahi Rabbi
Ya Allah,, kau sucikan kami dari dosa-dosa di hari ini,,
Semoga kami menjadi hamba-Mu yang selalu bersyukur,,
Tapi,,
Sesuatu telah mengiris hati..
Makar akan Kitab-Mu yang Teramat Suci dan Mulia semakin menjadi...
Akankah Kitab-Mu musnah menjadi Abu di tanggal 2 Syawwal 1431 H/11 September 2010 M?
Hati saudara seiman manakah yang tak miris akan hal ini ?
Na'udzubillahi min dzallik.
Ya Rabb,, hamba-Mu ini hanya bisa berdoa :
Celuplah sebagian dari mereka dengan Sibghat-Mu yang kudus,, serta sampaikan salam Khairatul Ummat padanya"
Perkenankan permohonan kami,, wahai Yang Memiliki Nama-Nama yang Indah dan Agung..."
Cordoba
by Muhammad Rasyid Ridho on Thursday, September 16, 2010 at 10:48pm
Di Cordoba kita bersantai
Menikmati hembusan udara yang sejuk
Bersua bercanda ria
Tawa melepas sendu
Di Cordoba kita menikmati
Kuliner Al-Masyriq
Penuh dengan rempah
Rempah kehangatan yang deras
Di Cordoba kita berjalan
Di sebuah jalan
Jalan para serdadu memanggul pedang
Tanpa baju zirah
Serta kuda-kuda yang menapak
dengan gagah berani
Di Cordoba kita masuk
Ke sebuah bangunan
Megah di masa lalu
Suram di masa sesudahnya
Tempat para pencari-Nya merenung
Di Cordoba kita menyusuri
Puing-puing istana cahaya
Terbakar zaman rupanya
Hanya puing !
Hamba Yang Maha Pengasih meninggalkannya
Tanpa penerus yang bijak.
BIlamanakah akan terulang ?
Hari-hari itu
Pengorbanan
O Cordoba, kita berharap kau kembali
Rabu, 19 Mei 2010
Keluh Kesah Seorang Anak Manusia
Lagi - lagi kepakan dan kaokan burung agak itu lagi!
Membuat semua yang terkumpul menjadi berterbangan.
Kerbau - kerbau itu melakukan kembali tugasnya, melepas semua tanggung jawab!
Bagai badai datangnya!
Benci,
luka,
serta nafas yang menyesakkan,
berpadu dalam amarah yang membara!
Entah, terpadam karbit rupanya.
Tak membakar, hanya membara dalam hati.
Ingin hardik di depan para kerbau - kerbau itu!
Tapi tak sanggup!
Ingin keluar dari prodeo,
yang hanya berbuah debu.
Butiran - butiran mutiara berisi kesenduan,
jatuh dari kelopak mataku,
dengan sejuta rasa yang tak terungkapkan.
Tiada daya, masih setengah jalan!
Bisakah aku?
Dapatkah aku?
Mungkinkah aku?
Aku menjadi batu karang?
Walau letih menyelimuti.
Hari demi hari...
Jemu...
Akankah berakhir?
Kamis, 13 Mei 2010
Kisahku
Aku mendapat sebongkah gunung emas, lidahku selalu mengucap syukur pada-Mu.
Aku mendapat wabah, tak terasa mengucap kata syukur.
Tapi aku jemu mendengar kepakan dan suara gagak – gagak di sekitarku.
Aku membuat rencana, selalu ditepis olehnya.
Batinku tersiksa ketika para pemandu itu berkisah kebobrokan yang di dekatku.
Aku iri melihat 3 merpati.
Dengan kelembutanm sayap dengan.
Aku tahu segala sesuatu tersusun rapi oleh rabbku,
Tapi bagiku, mengapa menjadi rancu.
Aku ingin melampiaskan ini, tapi seolah tertahan dengan semua wabah.
Yang kuderita,Yang kualami,Yang kubenci,
Aku membutuhkan isyraq-Mu.
Aku merasa dalam lingkaran setan yang berujung dalam masa- masa ini.
Ya Rabb, aku ingin menjadi hamba- Mu yang ikhlas dan bersyukur...